Kamis, 15 November 2012

Emulsi


Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini pada saat ini makin populer karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah  metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)
Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB dengan harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu sering digunakan emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi.
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom akasia, tragakan, sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa kolesterol, surfaktan, atau emulgator lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa. (1;9)
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak). (4;1029)
1.         Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).        
2.        Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o).
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat.(4;1029)
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : (2;12)
1.         Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
2.        Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan
3.        Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.
Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu : (5;31)
*        flokulasi dan creaming
Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
*        Koalesen dan Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. (5;30)
Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke fasa minyak. Surfaktan yang memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi air dalam minyak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus polar-nonpolar dari surfaktan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah  metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)
R/        Parafin             20% HLB 12
            Emulgator       5%
            Air ad.             100%
Secara teoritis, emulgator dengan HLB 12 adalah merupakan emulgator yang paling sesuai untuk emulsi tersebut di atas. Pada kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB surfaktan yang harganya persis sama dengan harga HLB butuh minyak. Oleh karena itu penggunaan kombinasi dua emulgator dengn harga HLB rendah dan harga HLB tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan kombinasi emulgator dapat diperoleh harga HLB yang sama dengan harga HLB butuh minyak dan film antar permukaan yang terbentuk lebih rapat. (5;30)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
1.      Tegangan antarmuka rendah
2.     Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3.     Tolakkan listrik double layer
4.     Relatifitas phase pendispersi kecil
5.     Viskositas tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar