Kamis, 24 Januari 2013

Medicated Cosmetics

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentang “Kosmetik Medic”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


02 January 2013
    penyusun

  Nugroho The Zero Cool


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
BAB I
Pendahuluan..............................................................................................................3
BAB II
Pembahasan
a.    Kosmetik dan penggolongannya................................................................................4
b.    Penyiapan Kosmetik...................................................................................................6
BAB III
Kosmetik Medik..........................................................................................................8
BAB IV
Penutup.....................................................................................................................11
Daftar Pustaka...........................................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

Kosmetik dikenal manusia berabad-abad yang lalu. Pada abada ke-19, pemakain kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik termasuk dalam bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat atau yang disebut kosmetik medic.
Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia kosmetik dan kosmetologi. Data dari hasil penelitian antropologi, arkeologi, dan etnologi di Mesir dan India membuktikan pemakaian ramuan seperti bahan pengawetmayat dan salep-salep aromatic, yang dapat dianggap sebagai bentuk awal kosmetik yang kita kenal sekarang ini. Penemuan tersebut menunjukan telah berkembangnya keahlian khusus dibidang kosmetik pada masa lalu.
Istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kelompok profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik itu sendiri menjadi begitu luas dan tidak jelas. Istilah kosmetologi sudah digunakan sejak tahun 1940 di Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah itu tidak sama artinya bagi profesi yang menggunakannya.
Kosmetologi (jellinek,1970) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari hokum-hukum kimia, fisika, biologi maupun mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik.


BAB II
PEMBAHASAN

KOSMETIK DAN PENGGOLONGANNYA
II.1 Kosmetik, Obat dan Medicated Cosmetics
Pada tahun 1982 Faust mengemukakan istilah “Medicated Cosmetics”. Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu bukan hanya obat. Selama kosmetik tidak mengandung bahan berbahaya secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
II.2 Penggolongan Kosmetik
A.     Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok: 
1.     Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
2.     Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
3.     Preparat untuk mata, misalnya mascara, eyes-shadow, dll
4.     Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll
5.     Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll
6.     Preparat pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, dll
7.     Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll
8.     Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mount washes, dll
9.     Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll
10.  Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll
11.  Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih pelembab, pelindung, dll
12.  Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll
13.  Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll.
B.     Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan.
1.    Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk didalamnya cosmedics).
2.    Kosmetik tradisional:
a.    Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
b.    Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.
c.    Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional
C.     Penggolongan menurut penggunaanya pada kulit
1.    Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya:
a.    Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b.    Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizring cream, night cream, anti wrinkle cream.
c.    Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
d.    Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
2.    Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up).
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.

II.3 Penyiapan Kosmetik
1.    Kosmetik pembersih.
A.   Kosmetik pembersih yang didasarkan pada air
Face lotion (astringent lotions).
Bahan pembersih yang paling umum digunakan adalah air: murah, non-toksik, dan sama skekali tidak berbahaya bagi kulit. Tetapi dari sudut kosmetik modern, air memiliki kekurangan, antara lain tidak punya daya pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin. Meskipun sabun sedikit menyerap air. Untuk memperbaiki daya pembersih air, berbagai bahan ditambahkan kedalamnya, antara lain alcohol, misalnya dalam face lotion (astringent lotion).
Penambahan alcohol memberikan beberapa hasil:
o   Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga kulit menjadi lebih mudah basah.
o   Menimbulkan rasa yang segar karena penguapan alcohol.
o   Menimbulkan efek pengurangan minyak kulit.
o   Parfum yang digunakan dalam losion menjadi mudah larut.
o   Menimbulkan efek anstrigen dan disinfektan ringan
Face lotion (astringent lotion) biasa digunakan untuk menyegarkan dan membersihkan kulit dari kotoran yang larut air, dan digunakan setelah pemakaian susu pembersih (cleansing cream) yang berdasarkan minyak. Kadang-kadang face lotion ditambahkan bahan-bahan astrigensia, seperti sejumlah kecil garam kalium-alimunium-sulfat, zinc phenol sulfat, atau hasil tanam-tanaman seperti hazel yang mengandung asam tanat. Konsentrasinya harus dijaga rendah agar tidak menyumbat pori-pori.
Penambahan gliserol, glikol atau sorbitol memiliki efek pelembut kulit. Penambahan borax (B7O4) menambahakan daya pembersih,tetapi membuat lotion menjadi agak alkalis. Kadang-kadang antiseptic ditambahakan seperti asam borat dan asam benzoate, tetapi dosisnya harus sangat kecil agar tidak menimbulkan iritasi. Penambahan parfum juga sangat sedikit saja sebab baunya mudah terpancar dalam alcohol. Kebanyakan parfum tidak mudah larut dalam alcohol yang konsentrasinya sedimikian encer.

BAB III
KOSMETIK MEDIK

Secara garis besar, kosmetik pengobatan (cosmedics) yang dapat mengatasi kelainan kulit dan adneksanya adalah:
o    Kosmetik pengobatan untuk mengatasi penuaan kulit, terutama penuaan kulit yang belum waktunya atau penuaan dini(premature aging).
o    Kosmetik pengobatan untuk mengatasi kelainan kulit kepala dan akar rambut misalnya ketombe (dandruff), kulit kepala berminyak (seborrhea), dan kerontokan rambut yang abnormal.
o    Kosmetik pengobatan untuk mengatasi kelainan kulit, terutama jerawat dan noda-noda hitam (hiperpigmentasi).
Bahan-bahan aktif yang sering digunakan dalam kosmetik pengobatan adalah:
o    Vitamin (A, B, C, D, E, F dan H).
o    Hormone-hormon.
o    Enzim-enzim
o    Protein, pepton, peptide dan asam amino.
o    Chlorine, betain, derivate dan garam-garamnya, serta senyawa serup.
o    Sulfur dan sulfuric ingredient.
o    Bahan-bahan iritan.
o    Allantoin.
o    Azulene
Bahan kompleks yang digunakan dalam kosmetikadalah senyawa yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang secara kimiawi tidak seragam. Efektifitasnya belum pasti karena satu atau lebih bahan aktif sudah diketahui, namun sebagian lainnya belum diketahui. Yang pasti, bahan kompleks seperti ini semakin penting didalam kosmetik.
Bahan kompleks alam secara individual dapat dibagi menjadi:
o    Minyak kaya vitamin
o    Plasenta dan ekstrak organ hewan lainnya
o    Ekstrak tunas tumbuh-tumbuhan
o    Sari buah dan sayuran yang dikondensasi
o    Royal jelly
o    Ekstrak tanaman
Persyaratan bagi kosmetik pengobatan, Preparat kosmetik yang berisi bahan aktif farmakologis biasanya tidak mengandung lebih dari 5 % bahan aktif tersebut. Sifat dan daya guna preparat tersebut tentu tidak hanya ditentukan oleh 5% bahan aktif itu, tetapi juga oleh bahan dasar pembawanya sebesar 95%.
Karena itu bahan dasar itu harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
o    Sepenuhnya kompatibel dengan kulit. Sebagai pembawa bahan-bahan aktif, bahan dasar harus bisa melarutkan bahan-bahan aktif aktif tersebut atau setidaknya mendispersikannya secara baik
o    Bahan dasar itu harus dipilih sebaik mungkin, yaitu yang memungkinkan bahan-bahan aktif tetap efektif selama mungkin
o    Bahan dasar itu harus membantu penetrasi bahan aktif sehingga bisa mencapai lapisan kulit yang diinginkan, setidak-tidaknya bahan dasar itu tidak menghalangi penetrasi bahan aktif tersebut.
o    Bahan dasar itu harus mempertinggi, bukan mengurangi, efektivitas bahan aktif, misalnya bahan dasar vitamin A untuk melembutkan dan melenturkan kulit mestinya adalah bahan dasar pelembab.
o    Dari sudut pandangan konsumen, bahan dasar itu harus menarik mungkin, tidak berwarna gelap, tidak lengket, tidak berbau tidak sedap, dll.


BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut “kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”
2.    Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup
3.    Kekhasan kosmetik dekoratif (make-up) adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lenih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau sedikit mungkin merusak kulit
4.    Preparat kosmetik yang berisi bahan aktif farmakologis biasanya tidak mengandung lebih dari 5 % bahan aktif tersebut. Sifat dan daya guna preparat tersebut tentu tidak hanya ditentukan oleh 5% bahan aktif itu, tetapi juga oleh bahan dasar pembawanya sebesar 95%.















DAFTAR PUSTAKA
















Minggu, 18 November 2012

Mengenal Asidimetri


          Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai ion negatif.
            Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri – alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa.
            Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam – basa (melalui asidi – alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan dengan suatu standar primer.
            Asidimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidimetri dan mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam oksalat. (Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : Jogjakarta).