Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan
cair, juga dapat berupa sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini pada
saat ini makin populer karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun
untuk pemakaian luar.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang
terdiri dari dua cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu
terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena
distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan
emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan
kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan
adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)
Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali
ditemukan HLB dengan harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh
karena itu sering digunakan emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan
harga HLB tinggi.
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah
gelatin, gom akasia, tragakan, sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa
kolesterol, surfaktan, atau emulgator lain yang cocok. Untuk mempertinggi
kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan, tilosa, natrium
karboksimetilselulosa. (1;9)
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
bersifat polar (sebagai contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar
(sebagai contoh minyak). (4;1029)
1.
Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu
air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).
2.
Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal
sebagai produk air dalam minyak (w/o).
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w
atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yang
dikemukakan tadi yakni natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat.(4;1029)
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : (2;12)
1.
Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
2.
Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4
bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan
3.
Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.
Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi
yaitu : (5;31)

Fenomena ini terjadi karena penggabungan
partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi
adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di
dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi
yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah tergantung
dari bobot jenis fasa yang terdispersi.

Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata
karena energi bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul
terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan
proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan
yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan
pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator
merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan
suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini
adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. (5;30)
Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas
gugus polar dan nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem
yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air
sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke fasa minyak. Surfaktan yang
memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam
air, sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi
air dalam minyak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus
polar-nonpolar dari surfaktan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai
efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic
Balance)
R/
Parafin
20% HLB 12
Emulgator 5%
Air
ad.
100%
Secara teoritis, emulgator dengan HLB 12 adalah
merupakan emulgator yang paling sesuai untuk emulsi tersebut di atas. Pada
kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB surfaktan yang harganya persis sama
dengan harga HLB butuh minyak. Oleh karena itu penggunaan kombinasi dua
emulgator dengn harga HLB rendah dan harga HLB tinggi akan memberikan hasil
yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan kombinasi
emulgator dapat diperoleh harga HLB yang sama dengan harga HLB butuh minyak dan
film antar permukaan yang terbentuk lebih rapat. (5;30)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
1.
Tegangan antarmuka rendah
2.
Kekuatan mekanik dan
elastisitas lapisan antarmuka
3.
Tolakkan listrik double
layer
4.
Relatifitas phase
pendispersi kecil
5.
Viskositas tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar